|
|
|
|
|
|
|
|
Buku Harian Suzanne untuk Nicholas
|
· Judul resensi pada teks pertama sama dengan judul buku karena judul resensi telah mencakup isi cerita.
· Judul resensi pada teks kedua sama dengan judul buku, tetapi menggunakan terjemahan dari judul buku tersebut agar pembaca lebih mudah memahami buku tersebut.
|
|
|
· Judul : Cantik Itu Luka
· Penulis : Eka Kurniawan
· Penerbit : Jendela dan AKY Press
· Kota Penerbit : Yogyakarta
· Tahun Terbit : Desember 2002
|
· Judul : Buku Harian Suzanne untuk Nicholas
· Penulis : James Patterson
· Kota Penerbit : Jakarta
· Jumlah Halaman : x + 310
|
· Buku yang berjudul Cantik Itu Luka sudah ber-ISBN, tetapi tidak dicantumkan dalam resensi.
· Buku yang berjudul Buku Harian Suzanne untuk Nicholas sudah ber-ISBN, tetapi tidak dicantumkan dalam resensi.
|
|
|
Buku yang berjudul Cantik Itu Luka mengisahkan kejatuhan sebuah keluarga incest dengan titik pusat pengisahan pada tokoh Dewi Ayu (lahir dari ayah seorang Belanda dan ibu seor ang Nyai) dalam gaya berkisah yang dengan enteng mencampuradukkan realisme dan surealisme, mengawinkan keper- cayaan – kepercayaan lokal dengan silogisme filsafat yang membobol semua tabu, dan memberikan hormat yang sama pada realitas sejarah dan mitos, merupakan pencapaian luar biasa mengingat novel ini novel pertamanya. Di akhir masa kolonial sebuah Suratan yang aneh memaksa Dewi Ayu, seorang perempuan elok, memasuki kehidupan yang tak pernah dia bayangkan: menjadi pelacur. Kehidupan sebagai pelacur terus dijalaninya sampai ia memiliki tiga anak gadis yang cantik. Ketika ia mengandung anaknya keempat ia berharap anaknya buruk rupa. Itulah yang terjadi. Si anak buruk rupa itu ia beri nama si Cantik.
|
Katie Wilkinson, seorang editor sebuah penerbitan, akhirnya menemukan pujaan hati yang dicarinya selama ini. Tapi pada suatu hari kekasihnya itu menghilang dari kehidupannya dengan hanya meninggalkan buku harian. Buku harian itu berupa rangkaian surat cinta yang ditulis seorang ibu muda bernama Suzanne (seorang dokter) untuk bayi lelakinya, Nicholas. Dalam buku itu Suzanne mengungkapkan dengan intim pertemuannya dengan ayah si bayi, harapan-harapan untuk perkawinannya, serta kebahagiannya yang luar biasa ketika dikarunia anak. Saat Katie membaca kisah yang mengharukan ini, barulah ia tahu bahwa kekasih yang meninggalkannya, yaitu Matt (seorang tukang kayu yang membaca dan juga seorang penyair dengan masa lalu yang duka dan sedikit misterius), adalah ayah dan suami keluarga kecil itu.
|
Sinopsis dari novel yang berjudul Cantik Itu Luka sudah detail, sedangkan sinopsis dari novel Buku Harian Suzanne untuk Nicholas kurang detail
Cara penyampaian sinopsis novel yang berjudul Cantik Itu Luka sudah menarik dan mudah dipahami, sedangkan cara penyampaian sinopsis novel yang berjudul Buku Harian Suzanne untuk Nicholas mudah dipahami, tetapi kurang menarik.
|
|
Perbandingan dengan Karya Lain
|
|
|
|
|
|
Sebagaimana layaknya novel – novel kuat, tokoh – tokoh dalam novel ini perkembangan karakter dan fase hidupnya dikawal dengan teliti dari awal hingga akhir sehingga kemungkinan terjadinya desepsi dan anakronisme peluangnya menjadi tertutup sama sekali.
|
Novel ini betul-betul novel yang dibaca dengan tujuan penghiburan tanpa harus berkerut kening. Kisah kehidupan manusia-manusia biasa yang tidak berpretensi menjadi hero dengan bahasa yang tidak digagah-gagahkan, gaya penceritaan yang ngepop, tanpa konflik batin yang rumit, dan cair. Jenis kehidupan keseharian yang dapat menimpa siapa saja, dimana saja.
|
Novel pertama memiliki kelebihan pada penggembangan karater tokohnya, sedangkan novel kedua memiliki kelebihan pada gaya penceritaan yang mudah dipahami.
Kekurangan tidak dicantumkan pada kedua resensi novel.
|
|
|
Inilah sebuah novel yang berkelas dunia!
|
Inilah sebuah novel yang merupakan contoh yang tepat dari apa yang disebut sebagai epistolary-novel, yaitu sebuah novel yang dibangun di atas gaya penulisan sebagaimana orang menulis buku harian.
|
Simpulan resensi novel pertama menunjukkan bahwa novel tersebut tidak diragukan kualitasnya, sedangkan simpulan resensi novel kedua menunjukkan bahwa novel tersebut memiliki keunikkan tersendiri yaitu gaya penulisannya yang seperti menulis buku harian.
|
0 Comment:
Posting Komentar